Minggu, 13 Mei 2012

Maaf di ujung konflik




Benarkah kata maaf selalu menjadi penyelesaian konflik yang ideal? Ataukah seperti hal lain pada kebanyakan, bahwa tak pernah benar-benar ada yang ideal di dunia ini?

                Siang tadi tiba-tiba saya kedatangan tamu, tiga orang teman lama saat di SMA. Perempuan tepatnya. Ternyata dari ketiganya hanya satu yang benar-benar ada perlu khusus dengan saya. (sudah saya duga memang.) belum belum saya sudah di tembak dengan pertanyaan yang hampir berupa statement dari dia. “lo udah tau kan masalah gue?”.  Meski pada awalnya saya memilih pura-pura tidak tau tapi pada akhirnya sayapun harus maklum juga.
                Tentang sebuah konflik antara sahabat dan teman. sebenarnya saya hanya berusaha berperan sebagai pengambil hikmah sajalah. Dan ternyata saya menemukan bahwa cinta itu juga dapat menjadi pemicu konflik yang cukup sering terjadi di dunia ini. Hn.. Tak aneh ya.
                Tujuan dia menemui saya adalah untuk meminta bantuan untuk menyelesaikan konfliknya dengan sahabat saya. Yah selaku sahabat dari keduanya saya cuma bisa memberi saran saja. Karena sejatinya yang harus menyelesaikan konfik itu ya orang yang bersangkutan.
                Dari sekian banyak yang saya sarankan, ternya banyak yang bersumber dari pengalaman pribadi. Seperti mulailah dari meminta maaf. Mungkin ini adalah beberapa poin yang saya sarankan pada dia,
1.                    1. Sebelum minta maaf, pastikan kita kita mengakui kesalahan kita terlebih dahulu. Mungkin tak kan pernah seratus persen tapi minimal setulus yang kita bisa.
      2. Meminta maaf itu seperti mengemis. Percaya atau tidak, itu memang benar kita kita meminta maafnya sampai dapat, tapi tentu saja dalam konteks yang masih tergolong wajar,
3.       3. Usahakan kita merendahkan ego diri kita, bila perlu menangis juga lakukan saja untuk sama-sama meluluhkan hati keduabelah pihak.
4.       4. Jangan terlalu cepat membela diri. Tunggu sampai orang yang kita minta maafnya itu sedikit mereda emosinya baru mengemukakan alasan jelasnya. Karena bisa saja orang yang kita mintai maafnya itu malah tambah muak mendengar alas an kita.
5.       5. Jelaskan sejujurnya, dan akui kesalahan kita didepanya sebelum kita juga melakukan pembelaan yang tidak mengada-ada.
6.       6. Mungkin akan ada penolakan dari dia, tapi tetap yakinkan dia dengan tulus minimal untuk terakhir kalinya. Pokonya kerahkan semua yang bisa di kerahkan.
7.       7. Dan semua itu memiliki pengecualian. Pengecualian kalau memang konflik terjadi seluruhnya atas kesalahan orang lain. Yah tapi siapa yang dapat meastikan. Yang jelas punya konfik dengan seseorang itu memmnag tidak menyenangkan.
Lalu sekarang saya tiba-tiba terfikir benarkah maaf saja itu sudah merupakan penyelesaian yang baik dan ideal? Ternyata  belum.Nyatanya kita juga harus menjelaskan duduk persoalannya dengan sejelas jelasnya, dan ketika memeng harus ada hukumnya maka terimalah itu sebagai sebuah konsekuensi.

Yah. Terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah saya berharap semuanya akan berakhir dengan baik. Terlebih saat tadi melihat dia sampai menangis.
-Semoga hati kita senantiasa larut dalam nuansa saling memaafkan dan senantiasa di jauhkan dari saling menyakiti.

                 

2 komentar:

Nayla Nuha mengatakan...

ciyeeee

Lea' Life Journal mengatakan...

nice post :)

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...